Budaya Dan Adat Istiadat Betawi

BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT BETAWI

AJI WAHYU KUNCORO                            (10217399)
HARTOSIN                                                   (12217688)
MUHAMMAD FARHAN                             (13217977)
MUHAMMAD RAIHAN                             (14217168)
TEUKU FADJRI GUSFITA PUTRA           (15217931)
YOGA KHOIRUL NAZIB                           (16217274)

Dosen Pembimbing : RAMITA HAPSARI

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017

1.      Latar Belakang
            Disetiap daerah  mempunyai simbol pernikahan yang beranekaragam  jenis dan bentuknya dan pastinya memiliki arti tersendiri serta kepercayaan dari masing-masing adat dan kebudayaan. Kita pasti tahu apa arti dari simbol pernikahan, yang dimaksud dengan simbol pernikahan adalah sesuatu hal atau barang yang menjadi ciri khas atau identik dari setiap perayaan atau resepsi pernikahan dan selalu ada dalam acara pernikahan tersebut. Banyak yang beranggapan bahwa dari suatu jenis atau macam dari simbol pernikahan itu pasti berbeda-beda dari kebudayaan ke budaya lainnya. Dalam hal ini kami akan berbagi pengetahuan mengenai pernikahan dalam adat betawi di Indonesia.

2.      Unsur Unsur Budaya Betawi
1)      Unsur Bahasa
      Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada bahasa yang dipakainya.Contohnya bahasa Inggris, Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasatersebut kita dapat mempelajarinya untuk pengetahuan yang lebih luas. Tidakhanya bahasa yang dipelajari berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasadari negri Indonesiapun perlu kita pelajari untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia.
2)      Sistem Religi
      Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Diantara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa.
3)      Sistem Pengetahuan
      Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian, perbintangan, perdagangan/bisnis, hukum dan perundang-undangan, pemerintahaan/politikdsb. Hal tersebut juga bagian dari kebudayaan. Kita wajib mempelajarinyakarena dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dansangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaanseseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat
4)      Sistem Mata Pencaharian Hidup
      Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karena bermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaum pegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya. Hal tersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita tekuni. Contohnya masyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata pencahariansebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak bermatapencaharian sebagai pegawai kantoran
5)      Kesenian
      Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian. Banyak hal yang bisa kitapelajari mengenai kesenian. Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan lain sebagainya. Hal tersebut bagian dari khas yang dimiliki setiap daerah maupun setiap negara. Misalnya untuk kesenian musik. Kita bisa mengetahuidan mencari musik yang khas dari setiap daerah maupun negara.

3.      Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Suku Betawi
            Kebudayaan Betawi adalah jiwa sosial mereka yang sangat tinggi walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Mereka
sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang masih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Banyak sekali hal-hal positif yang dapat kita terima di dalam budaya itu sendiri, baik dalam segala aspek seperti sosial, seni, budaya, agama, dan masih banyak hal positif yang bisa kita dapat dari adat dan istiadat tersebut. Akan tetapi suatu budaya atau adat istiadat tidak semuanya bersifat positif, pasti ada beberapa nilai ataupun kebiasaan dari adat istiadat yang memiliki nilai negative dan berdampak buruk bagi perkembangan atau menghambat seseorang yang menganut adat istiadat tersebut jika dia melakukannya.
Beberapa hal atau kebiasaan dari adat istiadat betawi yang memiliki nilai negatif diantaranya :
Ø  Melupakan Bahasa Indonesia/ Bahasa Sendiri
      Banyak orang yang memiliki keturunan Betawi atau sering disebut dengan Betawi Tulen terkadang sering sekali menggunakan bahasa betawi dalam kesehariannnya. Dan mereka juga sering sekali melupakan bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik serta melupakan bahasa kebesarannya tersebut.
Ø  Lebih mementingkan Gengsi
      Terkadang ada sebagian orang yang memiliki adat istiadat Betawi memiliki “Gengsi” atau rasa malu yang amat tinggi dan mahal harganya. Hal ini dikarenakan mungkin di masa lalu, keturunan betawi sangat berkuasa dan memiliki apa yang mereka inginkan sehingga membuat mereka sedikit memiliki Gengsi yang besar.
Ø  Tidak suka untuk diperintah
      Mungkin hal ini sering kali ditemukan di beberapa kesempatan, sebagian besar orang Betawi terkadang mempunyai prinsip yaitu “Lebih baik memerintah daripada diperintah”. Terlebih jika mereka diperintah oleh orang yang derajat ataupun umurnya lebih rendah dari individu mereka masing-masing.
Ø  Keras Kepala
      Hal ini sering kali terjadi di keseharian hidup masyarakat Betawi. Mereka yang memiliki adat istiadat betawi sering kali keras kepala  dalam segala hal, selalu ingin menang atau diutamakan ketika berdebat maupun jika ada  suatu masalah. Mereka beranggapan pendapat atau pandangan mereka adalah yang paling benar dan hal tersebut tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun dengan kepentingan apapun.

Ø  Malas dalam bekerja
      Pada beberapa kesempatan banyak orang yang memiliki adat istiadat betawi terkadang suka merasa malas dalam melakukan berbagai macam pekerjaan. Sering juga dikatakan sebagai “mood – mood-an”. Mereka lebih senang mengerjakan suatu pekerjaan apabila sedang ingin melakukannya, dan apabila mereka sedang malas dan sama sekali tidak ingin melakukan sesuatu apapun maka mereka tidak akan melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan banyak dari mereka yang merasa dapat mendapatkan segala sesuatu yang mereka inginkan hanya dengan menyebutkan keinginan mereka tersebut tanpa melakukan pekerjaan apapun.
            Jadi, karakter dari masing-masing suku atau adat istiadat itu tidak menjamin seseorang itu bisa dikategorikan termasuk dari semua nilai-nilai negatif yang terkadung dalam adat istiadat mereka sendiri. Semua nilai-nilai negatif yang terkandung atau terdapat pada suatu adat istiadat seseorang itu tergantung siapa orang atau individu yang menerima adat dan istiadat tersebut. Jika orang tersebut memiliki keyakinan yang tinggi terhadap budaya dan adat istiadatnya, maka mereka tidak akan pernah membiarkan adat istiadat mereka ternodai dengan nilai-nilai negatif yang disebabkan oleh perilaku pribadi mereka sendiri.

4.     Tradisi dan Tahap Tahap Pernikahan Suku Betawi
1)      Ngedelengin ; pasangan yang sudah mantap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan harus mempertemukan kedua belah pihak keluarga dan saling mengenalkan. Istilah lain masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat Betawi adalah ngedelengin yang jika diartikan berarti ‘melihat dengan seksama’. Jika kedua keluarga sudah merasa cocok, maka ditunjuklah dua orang dari pihak keluarga cowok untuk berperan sebagai mak comblang. Biasanya, mereka adalah encang (paman) dan encing (bibi). Nah, mak comblang ini lantas menggantungkan ikan bandeng di depan rumah si cewek sebagai tanda bahwa anak gadis di rumah ini sudah ada yang naksir. Pada saat ini pula, mak comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan pada saat ngelamar.
Ngedelengin versi lainnya juga bisa dilakukan siapa saja termasuk si cowok sendiri. Saat malam syukuran pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan, biasanya melibatkan partisipasi para muda-mudi. Di sinilah ajang bertemu dan berkenalan di antara mereka.
2)      Ngelamar ; pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga cowok untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai cewek
Usai melakukan prosesi pertama dalam sebuah rangkaian pernikahan adat Betawi, tahap berikutnya adalah prosesi ngelamar. Dalam budaya Betawi yang masih orisinil, biasanya yang dikirim sebagai utusan adalah anggota keluarga dekat, bukan langsung orangtua. Mereka adalah mak comblang dan sepasang wakil keluarga ibu dan bapak, totalnya ada 6 orang. Prosesi lamaran ini dibarengi dengan membawa barang bawaan wajib sebagai tanda ‘hormat’ keluarga cowok kepada pihak keluarga cewek. Barang-barang ini antara lain; sirih embun, dua sisir pisang raja, roti tawar, uang sembah atau hadiah yang diidamkan calon mempelai cewek dan pihak keluarganya.
3)      Bawa tande putus ; pertanda bahwa calon mempelai cewek telah terikat dan nggak bisa diganggu gugat dari pihak mana pun, begitupun dengan calon mempelai cowok. Acara ini nyaris serupa dengan pertunangan dan dilakukan satu minggu setelah acara ngelamar dilaksanakan. Utusan yang datang menemui keluarga calon mempelai cewek adalah orang-orang dari keluarga cowok yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Sebagai simbolis, orang Betawi umumnya memberi tande putus atau sejenis pengikat jalinan kedua calon mempelai, umumnya berupa cincin iris rotan, duit pesalin (uang seserahan) sekadarnya, dan bermacam rupa kue.
Di saat inilah jugalah dibicarakan lebih lanjut mengenai tanggal pernikahan, cingkrem (mas kawin), uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), kekudang (makanan kesukaan calon pengantin cewek), berapa lama pesta dilaksanakan, berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon mempelai pada acara resepsi serta siapa dan berapa banyak undangan yang akan disebar.
Jika pihak calon mempelai cewek mengatakan “none kite minta mate bandeng seperangkat,” itu adalah kata kiasan yang berarti calon mempelai cewek menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Namun, jika mengatakan, “none kite minta mate kembung seperangkat”, artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
4)      Masa dipiare ; masa calon mempelai cewek dipelihara oleh tukang piare penganten atau tukang rias selama sebulan. Masa dipiare ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon mempelai cewek dalam menghadapi hari pernikahan nanti. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal. Disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon mempelai cewek selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
5)      Siraman ; tangas atau kum, ngerik dan potong centung, serta malam pacar; prosesi pranikah yang harus dijalani calon mempelai cewek agar auranya terpancar di acara pernikahannya Acara siraman atau mandiin calon none mantu dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, calon mempelai cewek dipingit dulu selama sebulan oleh tukang rias atau dukun manten untuk dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
·         Tangas atau kum ; mandi uap yang tujuannya untuk membersihkan sisa-sisa lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
·         Ngerik dan potong centung ; membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin cewek yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu dibuatlah centung (potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.
·         Malam pacar ; mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.
6)  Malem mangkat ; malam syukuran sebelum pernikahan dan mendoakan agar acara berjalan dengan lancar Malam hari sebelum besoknya dilaksanakan akad nikah, si empunya hajat mengadakan semacam syukuran. Di Betawi, acara semacam ini disebut malem mangkat, atau midodareni di daerah Jawa.
Tenda tenda yang terpasang sebelum hari pesta pernikahan pun malamnya dipenuhi para tetangga yang berdatangan berbondong-bondong membawa ‘tentengan’ (khususnya para wanita atau ibu-ibu) yang berupa beras, mi telur, kue kering maupun basah, bahan makanan pokok, dan masih banyak lagi. Hal ini menjadi tambahan jamuan bagi empunya hajat, karena persediaan jamuan mereka menjadi berlimpah. Sedangkan kaum pria biasanya melek sampai malam. Pada malem angkat, calon mempelai cewek menyiapkan diri, baik mental maupun fisiknya.
7)      Ngerudat ; mempelai cowok berangkat menuju rumah mempelai cewek dengan membawa rombongan dan seserahan. Pada prosesi akad nikah, mempelai cowok dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai cewek dengan menggunakan andong atau delman hias. Hal menarik dalam adat pernikahan Betawi adalah prosesi penyambutan oleh mempelai cewek selaku tuan rumah. Begitu mempelai cowok bersama keluarganya tiba, petasan rentet pun dinyalakan, bunyinya saling bersahutan bersamaan dengan musik rebana yang menyanyikan lagu shalawatan (salam kepada tamu agung).
Pihak mempelai cowok membawa barang bawaan seperti sirih nanas lamaran, sirih nanas hiasan, mas kawin, miniatur masjid yang berisi uang belanja, sepasang roti buaya, sie atau kotak berornamen Tionghoa untuk tempat sayur dan telor asin, jung atau perahu Tionghoa yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga, hadiah pelengkap, kue penganten dan kekudang (suatu barang, makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh calon pengantin wanita sejak kecil sampai dewasa khas Betawi), buah-buahan dan tentu saja roti buaya. Roti buaya merupakan simbol kesetiaan di mana diharapkan sang pengantin saling setia seperti buaya yang hanya kawin sekali seumur hidup.
8)      Buka palang pintu ; saling berbalas pantun serta adu silat oleh masing-masing perwakilan calon mempelai sebelum memasuki rumah pesta. Sebelum rombongan mempelai cowok diterima masuk ke dalam rumah, ada prosesi yang namanya buka palang pintu. Awalannya, keluarga mempelai cowok menjelaskan maksud kedatangan mereka dengan menggunakan pantun Betawi, Keluarga mempelai wanita juga menjawab dengan pantun, sehingga terjadilah berbalas pantun. Awalnya masing-masing pihak saling bertukar salam dan mendoakan.
Hingga pada akhirnya pelan-pelan kondisi memanas karena pihak mempelai cewek ingin menguji kesaktian serta kepandaian dari pihak pengantin lelaki dalam berilmu silat serta mengaji. Tujuannya, agar mempelai cowok mampu melindungi dan menjadi pemimpin agama buat keluarganya kelak. Usai prosesi buka palang pintu, mempelai cowok pun diterima keluarga mempelai cewek. Selanjutnya mereka melakukan prosesi ijab dan kabul dengan mengucap ikrar oleh mempelai cowok di hadapan wali mempelai cewek.
9)      Di puade ; kedua mempelai duduk di pelaminan untuk menyambut para tamu, dilanjutkan dengan kebesaran yang merupakan acara perayaan. Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai cowok membuka cadar yang menutupi wajah mempelai cewek untuk memastikan apakah benar mempelai tersebut adalah cewek pilihannya. Kemudian mempelai cewek mencium tangan mempelai cowok. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di puade (pelaminan). Lantas mempelai cowok memberikan sirih dare kepada mempelai cewek sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam sirih diselipkan uang sebagai uang sembah.
Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dikenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
10) Malem negor ; malam sehari setelah pernikahan, suami bersama teman-temannya akan mendatangi rumah istrinya. Setelah menikah, pasangan Betawi nggak langsung tinggal satu atap dan belum boleh berhubungan badan layaknya suami istri. Sehari setelah akad nikah, tuan raje mude (pengantin pria) diperbolehkan menginap di rumah none mantu (pengantin wanita). Meskipun menginap, tuan raje mude belum diperbolehkan untuk berhubungan sebagaimana layaknya suami istri. None mantu harus mampu mempertahankan kesuciannya selama mungkin.
Bahkan untuk melayani berbicara pun, none mantu harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi. Untuk menghadapi sikap none mantu tersebut, tuan raje mude menggunakan strategi dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan secara nggak langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.
11)  Pulang tige ari ; setelah tiga hari menikah suami baru boleh menjemput istri untuk tinggal di rumahnya. Acara ini berlangsung setelah tuan raje mude bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua tuan raje mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu. Lantas mereka akan memberikan makanan dan buah-buahan pada keluarga none mantu, kemudian sepasang pengantin ini sudah bisa tinggal berdua di tempat yang sudah disepakati bersama.

5.      Transkrip Wawancara Dengan Narasumber
Nama Narasumber      : Bpk. Rojali
Tanggal                       : 26 Oktober 2017
Tempat Wawancara    : Kampus D
Topik Wawancara       : Adat Pernikahan Suku Betawi
6.      Dokumentasi Wawancara


7.      Wawancara
Pewawancara  : Assalammualaikum Bang
Narasumber     : Walaikum salam
Pewawancara  : Bang, kita lagi ada tugas kampus ni, mau nanya-nanya dikit soal kebudayaan Betawi. Abang Orang Betawi Kan?
Narasumber     : Iya  kebetulan saya orang Betawi. Iya boleh aje?
Pewawancara  : Ya, mau nanya soal adat pernikahan aja deh yang gampang gitu, kalau misalnya kitakan pernikahan adat Betawi itu adatnya apaan aja ya Bang?
Narasumber     : Kalau di Betawi itu adatnya, pokoknya kita ketemu dulu ya sama orang tua wanita dan orang tua abang nie misalkan kalo ngelamar nih atau ngiketlah, nah itu silahturahmi dulu sama keluarga nya dulu, kaya gitu.
Pewawancara  : Trus pas hari ngiketnya itu ngapain aja bang?
Narasumber     : Ya paling kita nentuin tanggal, bulan, hari yang pastiin nanti setelah ya itu kita tinggal nyari hari H nya aja.
Pewawancara  : Oh jadi pas ngiket tinggal nentuin tanggal nikahnya doang ya.
Narasumber     : Ia nanti tuh sekeluarga dan serombongan bawa seserahanlah ibaratnya
Pewawancara  : Trus pas udah hari H nya itu acaranya apaan aja ya Bang?
Narasumber     : Ya, kalau ehh setau abang sih di suku Betawi, yah kalau misalnya kalian suku Betawi, pasti ngerti lah ya kan, mungkin kalau misalnya adat Betawi ngak kaya adat-adat suku jawa, sunda, suku lain-lainnya juga ngak gak sama kaya misalnya adat Betawikan berbeda, kaya seserahan rombongan. Pokoknya tokoh utamanya tuh yang melambangkan cinta sejati itu kaya roti buaya, uyut apa buyut atau umpi itu roti buaya melambangkan kesetiaan dalam percintaan dan sepasang suami istri.
Pewawancara  : Oh trus palang pintu gunanya buat apaan bang?
Narasumber     : Palang pintu itu gunanya klau misalnya nih taro 4 jagoan atau abang bawa 4 jagoankan kalau misalnya abang udah menerobos pintu masuk atau jagoan wanita yang udah jatoh sama jagoan abang yang rubuhin baru ya abang bisa masuk untuk ngelamar
Pewawancara  : Trus kalo ngak jatoh-jatoh gabisa dilamar dong bang,
Narasumber     : ya itu harus jatoh itukan cuma rekayasa aja.
Pewawancara  : Trus apa aja bang selai palang pintu?
Narasumber     : Selain palang pintu sih kita sebenarnya pas malam hari ke dua, pas malam hari H nya ada malam angkat juga neng.
Pewawancara  : Terus kalo malam angkat itu apa?
Narasumber     : Kalau malam angkat itu kaya kita selametan, kita syukuran gitukan, nanti setelah kita selametan kita tahlilan atau setelah selametan kita ditandai suara petasan.
Pewawancara  : Oh iya, emang adat betawi tu adatnya beda-beda ya bang?
Narasumber     : Kalo adat betawi tu setau abang beda-beda, tu betawi tuh banyak, beda-beda juga ya kan kaya suku jawa, sunda. Pokoknya banyaklah kalo dibetawi tuh ada cinere, merunda, cilincing, durikosambi, kedoya, trus apa lagi, pokoknya banyak dah condet tuh termasuk betawi.
Pewawancara  : tapi kayanya sekarang tuh udah jarang ya bang, ada palang pintu
Narasumber     : Ya sekarang sih jarang palang pintu ntu, ya kebanyakan sih palang pintu tuh daerah-daerah kaya rawa belong itu masih ada adat Betawi nya juga, dia tuh masih kentel ibaratnya ya kaya condet, cinere tuh masih adat-adat Betawi nya kentel. Kalo disini tuh adat betawinya udah campuran nih ya kan kalo namanya Jakarta kan penuh dengan pendatang jadi tuh orang betawinya jarang, makin sempit, paling banyak sih betawi yang paling kental sih betawi condet, pokoknya daerah sanalah, kalo di daerah sinikan agak kurang gtu.
Pewawancara  : Oh ya udah bang, mungkin abang juga waktunya ga adakan, takutnya ganggu, sampai sini aje deh bang. saya juga udah mulai paham. Makasih banyak nie udah mau bantuin tugas kita nih.
Narasumber     : Ga papa juga sih, ya kita itung-itung bagi pengalaman, ya siapa tau aja ketemunya orang betawi, kalo maunya kaya gitukan, pokoknya meriah bangetlah, orang betawi tuh kayanya kalo udah pesta itu meriah banget, dia tuh seserahannya, banyak banget.
Pewawancara  : Ia deh, kalo jodohkan ga tau ya bang. ya udah. Makasih banget ya bang udah mau bantuin kita. Lain waktu mungkin kita ketumu lagi ni bang hehe.
Narasumber     : Ia ga papa, kalo itu mah mungkin pas banget ketemu abang jadinya bagi-bagi pengalaman.
Pewawancara: Ya udah, assalamualaikum bang

Narasumber     : Walaikumsalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Warming and the solutions